Fungsi audit dan Studi Kasus Audit Teknologi Informasi : Kejahatan Di Dunia Perbankan
Fungsi
utama audit TI ini adalah mengevaluasi sistem untuk menjaga keamanan data
organisasi. Audit TI bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai resiko untuk
menjaga aset berharga dan menetapkan metode untuk meminimalkan resiko tersebut.
Audit
TI sangat diperlukan karena akuntan yang melakukan audit laporan keuangan harus
memahami dan menguji sistem dan pengendalian internnya, dan dalam rangka
memeriksa data akuntansi (substantine test). Selain alasan tersebut, audit TI
makin diperlukan sehubungan dengan resiko yang semakin tinggi di bidang sistem
berbasis teknologi informasi, yaitu antara lain:
- Resiko penggunaan teknologi secara tidak layak (tidak tepat)
- Kesalahan berantai atau pengulangan kesalahan secara cepat konsistem pada sistem berbasis komputer
- Logika pengolahan salah (dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan serius).
- Ketidakmampuan menterjemahkan kebutuhan (sistem tidak sesuai).
- Konsentrasi tanggungjawab, antara lain konsentrasi data pada satu lokasi atau orang-orang TI (khususnya database administrator).
- Kerusakan sistem komunikasi yang dapat berakibat pada proses atau data.
- Data input atau informasi bisa saja tidak akurat, kurang mutakhir, palsu.
- Ketidakmampuan mengendalikan teknologi.
- Praktek pengamanan sistem informasi yang tidak efektif, kurang memadai atau bahkan mungkin tidak direncanakan dengan baik.
- Penyalahgunaan atau kesalahan pengoperasian atau penggunaan data.
- Akses sistem yang tidak terkendali.
Studi Kasus Audit Teknologi Informasi : Kejahatan Di
Dunia Perbankan
JAKARTA – Masyarakat resah melihat kasus pembobolan dana nasabah di bank yang intensitasnya meningkat sejak awal 2011. Kasus-kasus yang terjadi dalam rentang waktu berdekatan ini pun berdampak pada makin kurangnya kepercayaan publik terhadap perbankan.
Dengan
begitu, pengamat perbankan Mirza Adityaswara mengatakan, masyarakat akan lebih
berhati-hati menggunakan layanan perbankan setelah mencuatnya kasus-kasus yang
terjadi. “Masyarakat yang semula kurang awas, akan lebih waspada,” katanya,
Ahad (2/5).
Mirza
berpendapat sistem perbankan yang ada saat ini memang belum sempurna. Ini,
jelas dia, bukan hanya terlihat dari sisi pegawai bank, melainkan juga nasabah.
“Jangan tergoda melakukan penyelewengan,” katanya.
Tony
Prasetyantono, pengamat perbankan, mengatakan sejauh ini, ujar Tony, bank masih
dinilai sebagai tempat terbaik menyimpan aset. “Apalagi yang bersifat likuid,
seperti rekening giro dan tabungan,” katanya. “Namun, nasabah akan lebih
se-lektif memilih bank.”
Nasabah,
lanjut dia, juga akan lebih memantau rekeningnya agar luput dari pembobolan.
Tony menilai, kejahatan perbankan yang terjadi belakangan lebih mengarah pada
kesalahan kolektif. Penyebabnya, ia menjelaskan, muncul dari sisi perbankan,
nasabah, Bank Indonesia, maupun aturan hukumnya.
Tony
mencontohkan, bank kerap menyembunyikan penyimpangan karena takut reputasinya
rusak, sedangkan nasabah tidak aktif memantau rekening miliknya. Sementara, BI
memiliki keterbatasan dalam memantau banyaknya perbankan yang ada di Tanah Air.
“Hukuman terhadap pelaku fra ud juga ku-rang maksimal sehingga kurang
menimbulkan efek jera,” jelasnya.
Saat
ini. Direktorat Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Metro Jaya sedang menangani
sembilan kasus perbankan sejak Januari 2011. Bulan lalu, dana deposito milik PT
Elnusa Rp 111 miliar di Bank Mega dicairkan tanpa seizin manajemen perusahaan
tersebut dengan pelaku melibatkan orang dalam bank. Sebelumnya, simpanan
nasabah prioritas Citibank dibobol oleh karyawan bank asing tersebut yang
bernama Inong Malinda alias Malinda Dee.
Kepala
Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar mengatakan, kasus
pembobolan bank tak ha-nya terjadi di bank swasta. Menurutnya, akhir pekan
lalu, bank milik negara pun tak luput dari jarahan oknum pegawainya yang nakal.
Dari sembilan kasus perbankan itu, polisi berhasil menangkap 30 tersangkanya.
Kasat
Fiskal, Moneter, dan Devisa Ditkrimsus Polda Metro Jaya AKBP Arismunandar
menambahkan, kasus pembobolan dana perbankan biasanya melibatkan orang dalam
bank. Sementara itu, Corporate Secretary BSB, Evi Yulia Kurniawati, mengatakan
pihaknya menjalankan tata tertib sesuai standar dan memperketat kontrol
internal agar terhindar dari kejahatan perbankan.
Analisa :
Berkurangnya kepercayaan publik pasti akan terjadi menyusul berbagai kasus tersebut. Namun, nasabah belum sampai pada satu tindakan menarik uangnya besar-besaran. Karena nasabah tidak memiliki pilihan lain yang lebih baik untuk menempatkan uangnya.
Saran-saran :
- Dalam kasus diatas sebaiknya para nasabah harus lebih berhati-hati dan sebaiknya pihak perbankan memberikan penyuluhan kepada para nasabah.
- Selain itu dunia perbankan wajib melakukan edukasi kepada nasabah tentang masalah yang sering terjadi. Edukasi tersebut diberikan setidaknya bagi nasabah baru dalammenggunakan fasilitas perbankan.
- Melakukan perbaikan atas lemahnya sisem keamanan jaringan.
- saatnya otoritas mengurus sistemik real, karena kalau bank saja tidak dipercaya masyarakat krisis akan berlanjut ke masalah krisis perbankan seperti yang ditakutkan sekarang ini.
- Memperkuat infrastruktur perbankan.
Komentar
Posting Komentar